Rabu, 25 Juni 2014

Parenting (bentuk disiplin)



Nah, sebelumnya kan saya sudah menuliskan mengenai 3 model pola asuh orang tua. Setiap model pola asuh sih sebenarnya punya tujuan yang sama dari si orang tua sendiri yaitu untuk membuat anak menjadi pribadi yang baik. Namun sering kali tanpa disadari orang tua mendisiplinkan anak dengan cara yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
Disiplin sendiri menurut buku psikologi perkembangan karangan papalia berarti metode dari pembentukan karakter dan pengajaran kontrol diri serta perilaku yang dapat diterima.
Ada beberapa teknik dalam mendisiplinkan anak :
·        Reinforcement dan punishment
§  Reinforcement
Reinforcement sendiri terbagi menjadi reinforcement positif dan negatif.
Ø Reinforcement positif adalah pemberian sesuatu untuk meningkatkan frekuensi dilakukannya hal tersebut di kemudian hari.
Ø Sedangkan reinforcement negatif adalah penarikan sesuatu dari si anak. Contoh reinforcement negatif misalnya seorang anak yang berjanji akan pergi ke mall bersama papa, namun paginya ia bolos sekolah. Papanya kemudian membatalkan pergi ke mall karena anak tersebut tidak patuh.
Reinforcement dapat berupa internal atau eksternal.
Reinforcement internal contohnya pujian, dan yang eksternal contohnya anak diberikan boneka.

 
§  Punishment
Rang tua sering kali salah dalam menggunakan teknik ini. Yang dimaksud adalah corporal punishment yaitu bentuk hukuman kepada anak dengan melibatkan fisik. Ini dilakukan hanya untuk membuat anak merasa sakit, bukan untuk menyakiti dan membuatnya luka-luka. Tujuannya tentu saja untuk mengontrol perilaku anak dan memperbaikinya. Corporal punishment tentunta berbeda dengan physical abuse.
Jika corporal punishment diberikan oleh orang tua dengan case tertentu, ini akan menjadi bentuk hukuman yang sangat efektif untuk menurunkan perilaku anak yang tidak diinginkan. Namun jika anak terlalu sering mendapat hukuman fisik dengan jenis hukuman yang terlalu menyakiti (harsh punishment), maka anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang menunjukkan perilaku agresif(padahal pada dasarnya hukuman fisik diberikan untuk menurunkan perilaku agresif yang dilakukan anak) atau sebaliknya menjadi pasif.
Sekali lagi saya ingin memberitahukan kepada orang tua, corporal punishment membuat anak menyadari kesalahannya, sedangkan physical abuse menyakiti dan membuat anak tertekan. Jangan lampiaskan kekesalan anda pada tubuh anak, itu akan sangat mengganggu perkembangannya.

·        Power assertion, induction, dan withdrawal of love
§  Power assertion
Bentuk hukuman dengan menggunakan fisik atau hukuman verbal. Biasanya orang tua akan langsung mengatakan suatu hal itu salah.
§  Teknik induktif
Teknik yang digunakan untuk menstimulasi perilaku yang diharapkan dengan cara melibatkan rasa keadilan dan emosi anak.
§  Withdrawal of love
Mendisiplinkan anak dengan cara seperti menghindari, men’cuek’i, atau menunjukkan rasa tidak suka terhadap perilaku anak.

Keefektifan dari strategi ini tergantung pada kondisi, umur anak, dan kualitas hubungan orang tua dan anak.  Orang tua menggunakan induktif untuk melatih anak melihat dari sisi orang lain. Sedangkan power assertion digunakan dalam kasus dengan kesalahan berat. Namun untuk anak usia kanak-kanak, teknik induktif dianggap paling efektif karena ini melibatkan emosi anak terhadap rasa empati kepada korban dari kesalahan anak tersebut. Hal ini membuat pemahaman moral anak menjadi baik. Tentang perilaku apa yang salah, dan yang menyakiti orang lain.



Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memberi hukuman kepada anak :
1. Timing
Jarak antara dilakukannya perilaku dengan pemberian hukuman sebaiknya tidak terlalu jauh agar anak mengerti dengan jelas perilaku apa yang salah dan harus diperbaiki.
2. Konsisten
Pemberian hukuman harus bersifat konsisten. Jika hari ini A mencuri dan ia dihukum, maka besok jika ia mencuri ia harus tetap dihukum agar tidak terjadi kebingungan antara perilaku yang benar dan salah.
3. Harus signifikan
Jenis kesalahan dan hukuman harus signifikan. Contohnya jika anak memukul temannya sampa luka-luka, maka model withdrawal of love rasanya kurang efektif.
4. Fokus pada kesalahan
Dalam pemberian hukuman, yang harus diserang adalah kesalahannya, bukan menyakiti pribadi anak.
 
Tetapi yang terpenting dari semua bentuk disiplin adalah anak mengerti pesan apa yang ingin disampaikan oleh orang tuanya. Secara kognitif dan emosi. Yang harus ditakuti orang tua adalah bahwa mereka memberi hukuman tanpa anak mengerti apa maksud dari pemberian hukuman tersebut.

Anak bagaikan pohon rambat. Jika pohon rambat dibiarkan tumbuh sekehendak hatinya, maka akan tumbuhlah ke segala arah, tanpa tujuan, tak sedap dipandang dan akan mengganggu manusia di sekitarnya. Tapi jika diarahkan bahkan dibentuk, maka akan tumbuhlah sesuai dengan apa yang kita arahkan, maka keindahan yang terpancar dari tanaman itu akan berguna dan memukau orang disekitarnya. Maka rangkailah anak kita dengan jiwa seni, kasih sayang dan kelembutan, maka tanaman rambat itu akan menjadi bukan sekedar tanaman rambat. -Unknown

 
Thankyou For reading. GBU

Tidak ada komentar:

Posting Komentar