Senin, 23 Juni 2014

Model pola asuh orang tua (Parenting style)

Peran pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam tahap perkembangan anak. Seperti yang kita ketahui, kehidupan sosial yang pertama kali dihadapai anak adalah keluarga. Hubungannya dengan anggota keluarga khususnya pengasuhnya tentunya menjadi hal yang sangat penting.

Seorang tokoh psikologi pernah berkata "berikan aku seorang anak, dan aku akan membentuknya menjadi seperti yang kita inginkan". Meskipun kepribadian anak dipengaruhi oleh nature(bawaan), namun nuture(lingkungan) juga berpengaruh. Dalam hal ini, pola asuh dari pengasuh (biasanya kedua orang tua) khususnya dalam masa awal kehidupannya sangat mempengaruhi anak akan tumbuh menjadi seperti apa dan bagaimana anak akan memperlakukan orang lain nantinya.


Dalam psikologi perkembangan khususnya perkembangan psikososial kanak-kanak awal, model pola asuh orang tua menjadi salah satu isu yang dibahas. Seorang psiklolog klinis dan perkembangan mengemukakan 2 model pola asuh orang tua. Jikalau anda sudah menjadi orang tua, kira-kira model pola asuh yang anda terapkan yang mana? Dan jika kamu adalah seorang anak, maka pola asuh yang kamu dapat jenis yang mana ya? Let's check it out!
1. Authoritarian
Model pola asuh dimana orang tua memegang kontrol penuh  dan menuntut kepatuhan anak atas aturan atau nilai-nilai yang mereka tetapkan tanpa anak tersebut melakukan perbantahan atau banyak ulah. Jenis orang tua yang seperti ini biasanya adalah orang tua yang cenderung dingin.
Anak dengan model pengasuhan seperti ini akan cenderungtumbuh menjadi anak yang menarik diri, tidak puas, penuh kekecewaan, dan sulit mempercayai orang lain.

2. Permissive
Orang tua memberi kebebasan untuk melakukan self-expression dan self-regulation kepada anak. Mereka juga membiarkan anak untuk mengatur sendiri seluruh kegiatannya tanpa memberi tuntutan kepada anak(kalau ada sangat sedikit). Orang tua juga jarang menghukum anak ketika anak melakukan kesalahan. Dan cenderung dapat diajak bernegosiasi dalam semua hal.
Anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang egois, semua kenginannya harus terpenuhi, kurang memiliki kontrol diri, dan kekurangan arahan dalam hidup.

3. Authoritarian
Orang tua menghargai keberadaan anak sebagai suatu individu dan pemilik dari hidupnya sendiri, namun juga membatasi kebebasan anak. Mereka memiliki arah dalam membimbing anaknya. Mereka percaya akan kemampuan mereka membimbing anak, namun tetap menghargai setiap keputusan, keinginan, dan kepribadian anak.
Mereka member contoh yang baik kepada anak. Mereka penyayang, namun juga memberi hukuman kepada anak jika memang dibutuhkan namun tetap mendukung anak untuk menjadi lebih baik. Orang tua juga memberi penjelasan kepada anak atas apa yang mereka putusan dan lakukan. 
Anak dengan model orang tua seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri, memiliki kontrol diri, tegas, dapat mengambil keputusan, bisa berekspressi, dll.

Namun, kemudian teori model pola asuh orang tua ini ditambahkan lagi oleh Eleanor Maccoby dan John Martin. Nama untuk parenting style yang mereka tambahkan adalah :
Neglectful atau uninvolved, yaitu orang tua yang hanya berfokus pada dirinya. Ini bisa disebabkan karena stress atau depresi akibat masalah yang mereka alami, sehingga mereka selalu berpusat pada kebutuhan mereka dibandingkan dengan anak. 

Memang benar setiap orang tua punya cara mendidik anaknya masing-masing, namun setuju atau tidak model pola asuh autoritatif adalah yang terbaik jika dibandingkan dengan yang lainnya. Model pola asuh ini membuat anak mengerti apa yang benar dan salah, namun tetap dapat mengambil keputusan pribadi. Anak merasa dicintai dan dihargai sebagai individu. Itulah sebabnya anak dengan model pola asuh ini cenderung lebih populer di kehidupan psikososialnya. Tak lain karena dia dapat memperlakukan dirinya dan orang lain dengan baik.

Ayo untuk semua orang tua, orang tua memang harus mengajarkan banyak hal kepada anak, tapi coba untuk menghargai anak sebagi individu yang berhak berpendapat, memilih, dan memutuskan. Jika menghukum, hukumlah anak karena kalan mencintai dan mengajarnya, bukan karena ingin menghajar atau menyakitinya. Percayalah, jika anak-anak anda mempercayai dan menghargai anda, tanpa harus diancam dengan hukuman atau aturan-aturan yang mengikatnya sekalipun, anak akan tetap menuruti anda.



Saya belum menjadi orang tua, bahkan perjalanan saya untuk itu masih panjang. Namun saya ingin berbagi apa yang saya pelajar agar kita bisa sama-sama tau dan belajar.

Saya tutup postingan saya kali ini dengan kutipan puisi dari seorang penulis dan konselor terkenal Amerika :

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri

                    Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
                    Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
                    Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
                    Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar