Selasa, 30 Desember 2014

Kisah hidup Park Geun-hye ditinjau dari teori Viktor Frankl

Masih dalam ingatan segar ketika berlangsung pilpres di Korea Selatan, ada seorang capres menarikan tarian tunggang kuda dari Niaoshu bersama masyarakat, serta membungkukkan badan men­cuci kaki rakyat jelata.
Akhirnya dia terpilih sebagai presiden wanita pertama Korea Selatan, dia adalah Park Geun-hui.
Banyak sekali orang Korsel yang beranggapan, Park Geun-hye memiliki kelembutan, kesantunan, diam dan ketabahan dari wanita tradisional Korea, bersamaan itu juga mewarisi niatan baja dari ayahnya Park Chung-hee. Dalam kehidupan sebagai Presiden selama 18 tahun, Park Chung-hee telah menciptakan "Keajaiban Han-jiang", tetapi juga meninggalkan nama buruk sebagai "penguasa diktator".
Setelah ia terbunuh puluhan tahun silam, segala kesalahan, pa­hala, kemuliaan dan aib, semuanya ditinggalkan kepada Park Geun-hye. Karena berkepala dingin dan tenang dia dikenal sebagai "Ice Princess" oleh dunia luar, dengan mengemban kebencian dan kecin­taan seluruh rakyat Korea Selatan terhadap ayahnya, dia masuk ke kepemimpinan level teratas Korea Selatan.
Park Geun-hye dalam oto­biografinya yang berjudul Kepu­tusasaan Telah Melatih Saya, mengenang masa kecilnya san­gat tergila-gila akan buku cerita Kisah Tiga Negara (Sam Kok), sangat tertarik kepada Zhao Yun, jenderal besar Negara Shu yang berwatak ksatria dan berani, demi keadilan dia rela mengorbankan nyawa. Dia berkelakar mengatakan bahwa Zhao Yun lah pacar pertama dirinya. Mantan putri pertama Ko­rea Selatan, Ibu Negara ini karena mengalami musibah besar yakni ayah dan ibunya terbunuh menyisakan trauma besar pada batinnya.
Dalam situasi politik yang ber­golak, dengan mata kepala sendiri dia melihat bagaimana kalangan politik mengkritik ayahnya, meng­hadapi berbagai macam fitnahan yang tak tertahankan, realitas pengkhianatan, telah menyadari hangat dan dingin perasaan ma­nusia dalam kehidupan berpolitik, sehingga membuat Park Geun-hye yang saat itu baru berusia 27 tahun memutuskan untuk mundur, men­gajak adik laki dan perempuan dia meninggalkan Cheongwadae (ge­dung putihnya Korsel). Sejak itu dia meninggalkan dunia politik.
Chun Doo-hwan mantan presiden Korsel pernah menurunkan perintah tidak mengizinkan Park Geun-hye mengikuti kegiatan sosial secara terbuka, tidak mengizinkan dia bersembahyang kepada ayah dan ibunya, dikenakan tah­anan rumah dalam bentuk lain.
Karena pengalaman hidup yang mengenaskan dan menyakitkan ini, membuat dia terjerumus ke dalam keputusasaan yang sangat dalam seolah tanpa dasar. Setiap hari hidup dalam siksaan batin, sehari rasanya setahun. Suatu ketika Park Geun-hye secara kebetulan meli­hat sebuah lukisan, dalam lukisan itu menggambarkan sebuah batu karang yang tetap berdiri tegak di atas ombak lautan yang bergelora, membuat dia merasakan hal sama seperti situasi ketika itu yang dia alami sendiri.
Dia berharap bisa seperti batu karang itu tetap berdiri tegak, di hadapan segala kesulitan, menja­dikan kesulitan dan kesengsaraan yang pernah dia alami sebagai batu pijakan untuk mengasah diri, dengan mengutamakan nilai-nilai kehidupan, mempertahankan jalan yang benar.
Dia sangat bersyukur di desa bertemu dengan banyak orang yang polos dan jujur, kasih mereka tan­pa pamrih telah membawakan ke­beranian kepadanya untuk hidup. Dia juga bersyukur, selama masa-masa paling sulit, karena membaca karya klasik dan filsafat Tiongkok, telah membawakan kekuatan da­mai kepadanya, dan dari keadaan itu telah menyadari cara untuk menanggulangi kesulitan. Terha­dap hal tersebut, dia menyebutkan bahwa dirinya "mempunyai jodoh pertemuan yang sangat mendalam dengan Tiongkok."
Syahadat kehidupannya adalah "Manusia hidup di dunia, asalkan tenang hati karena merasa dirinya benar sudah cukup". Soal hal tersebut dia menjelaskan, manu­sia hidup di dunia, tidak dapat di­hindari akan mengalami kekece­waan atau kesulitan dan bahaya, juga ada kemungkinan mengalami pengkhianatan. Hal-hal tersebut semuanya tidak bisa dihindarkan. Walaupun tidak bisa dihindari, akan tetapi dalam situasi apapun, tidak seharusnya kehilangan diri sendiri. Agar tidak kehilangan diri sendiri, dia sangat mementingkan prinsip dan menaruh perhatian atas kejujuran.


Mei 2006, ketika Park Geun-hye berpidato membantu calon wa­likota Seoul untuk mendapatkan suara dukungan dia diserang, luka tergores oleh pisau yang dibawa pelaku penyerangan. Pengalaman kali ini, membuat dia teringat akan ayah dan ibunya yang terbunuh oleh tembakan peluru. Di dalam buku otobiografinya dia menulis­kan, "Walaupun dalam pengalaman hidup saya ini telah mengalami berkali-kali kesengsaraan yang tidak pernah dialami oleh orang lain, akan tetapi dia sama sekali tak menduga akan sekali lagi mengalami bencana jasmani seperti ini."
Luka akibat penyerangan itu sangat dalam, tetapi beruntung ti­dak melukai urat nadi leher, dan kebetulan juga terhindar dari saraf wajah, kebetulan juga disekitar rumah sakit, juga kebetulan sekali pada jam-jam itu ruang operasi tidak dipergunakan rumah sakit, dokter ahli juga segera tiba. Serentetan kebetulan ini, membuat dia teringat, "Setelah mengalami in­siden penyerangan itu, saya mulai beranggapan kehidupan saya se­lanjutnya adalah kehidupan yang dianugerahkan Tuhan kepada saya, kalau dia tidak mengambil nyawa saya, dapat dipastikan masih ada masalah yang masih belum saya selesaikan, dengan sendirinya juga memandang hambar perolehan dan kehilangan dalam dunia fana ini."
Park Geun-hye terhadap masa pemerintahan Park Geun-hye ayahnya sendiri, menjadikan ekonomi dan keamanan nasional sebagai perkembangan nasional terpenting. Demi mencapai tujuan ini, dibelakang tumbuhnya angka perekonamian, pekerja menderita penindasan lingkungan kerja yang berkondisi buruk. Demi melaku­kan perlindungan diri sendiri diha­dapan ancaman oleh Korea Utara, pemerintah melakukan hal-hal yang menginjak-injak Hak Asasi Manusia. Terhadap hal ini dia den­gan tulus hati meminta maaf ke­pada para warga yang mengalami penindasan dan telah dilukai.
Presiden Wanita Korea Selatan yang sekarang sedang menjabat seorang presiden yang mengalami pasang surut kehormatan dan keni­staan selama setengah abad, di­dalam matanya sekarang, banyak pengalaman yang pernah dia alami seperti buih dalam kehidupan yang tidak perlu, demi mencampakkan buih-buih ini, dia berketegasan "Tidak peduli dalam keadaan yang bagaimanapun juga, manusia harus lurus berkeadilan. Jika demi mem­peroleh sesuatu, dan tidak segan-segan untuk membahayakan orang lain, pada akhirnya bisa seperti keranjang bambu diisi air, sia-sia belaka." (lin/rahmat)

Teori Viktor Frankl


ViktorEmil Frankl, M.D., Ph.D. ia lahir pada 26 Maret 1905 dan meninggal pada 2 September 1997. Dalam bukunya, Man's Search for Meaning, Ia mencatat pengalamannya sebagai seorang tahanan kamp konsentrasi dan menguraikan metode psikoterapisnya dalam upaya mencari makna dalam segala bentuk keberadaan, bahkan yang paling kelam sekalipun, dan dengan demikian juga alasan untuk tetap hidup. Hal ini dilandasi oleh latar belakangnya sebagai pengagas dari aliran Logotherapy. Filsafat Logoterapi mensiratkan sebuah harapan besar tentang masa depan kehidupan manusia yang lebih berharga dan bermakna. Teori ini dibangun diatas tiga asumsi dasar, dimana antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan, yaitu :
a. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)
Viktor Frankl menganggap manusia sebagai makhluk yang memiliki berbagai potensi luar biasa, tetapi sekaligus memiliki keterbatasan dalam bebarbagai aspek. Kebebasan manusia bukan merupakan kebebasan untuk menentukan sikap (freedom to take a stand) secara sadar dan menerima tanggung jawab terhadap kondisi-kondisi, baik kondisi lingkungan maupun kondisi diri sendiri. Dengan demikian kebebasan yang dimaksud Frankl bukanlah  lari dari persoalan yang sebenarnya harus dihadapi.
b. Keinginan akan makna (will of meaning)
Manusia dalam berperilaku mengarahkan dirinya sendiri pada sesuatu yang ingin dicapainya, yaitu makna. Keinginan akan makna inilah yang mendorong setiap manusia untuk melakukan berbagai kegiatan agar hidupnya dirasakan berarti dan berharga.
c. Makna Hidup (meaning of life)
 Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagai seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Bila hal itu berhasil dipenuhi akan menyebabkan seseorang merasakan kehidupan yang berarti dan akhirnya akan menimbulkan perasaan bahagia. Namun sebaliknya ini dapat berujung pada keputusasaan. Menurut Frankl makna hidup bersifat personal dan unik. Ini disebabkan karena individu bebas menentukan caranya sendiri dalam menemukan dan menciptakan makna.

Frankl menyatakan bahwa individu memperoleh makna hidupnya melalui 3 sumber, yaitu :
1.             Creative values
Nilai ini adalah apa yang diberikan individu pada kehidupan. Ini biasanya berupa suatu karya yang kelihatan atau ide yang tidak kelihatan atau dengan melayani orang – orang lain yang merupakan suatu ungkapan individu.
2.             Experiental values
Ini menyangkut apa yang bisa individu terima dari kehidupan. Misalnya menemukan kebenaran, keindahan dan cinta. Nilai-nilai pengalaman dapat memberikan makna sebanyak nilai-nilai daya cipta/ kreativitas. Ada kemungkinan individu untuk memenuhi arti kehidupan dengan mengalami berbagai segi kehidupan secara intensif meskipun individu tersebut tidak melakukan tindakan-tindakan yang produktif .
3.             Attitudinal values
Nilai-nilai sikap adalah sikap yang diberikan individu terhadap kodrat-kodrat yang tidak dapat diubah. Situasi-situasi buruk yang dapat memberikan keputusasaan dan dapat memberikan kesempatan yang sangat besar bagi individu untuk menemukan makna hidupnya. Nilai-nilai sikap ini menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran dan keberanian segala bentuk penderitaan yang tidak mungkin dihilangkan seperti kematian, bencana, sakit yang tidak dapat disembuhkan dan menjelang kematian.


Pembahasan
Pada masa pemerintahannya, Park Geun-hye telah banyak memberi sumbangsih pada masyarakat Korsel, diantaranya kerjasama yang dilakukan dengan beberapa negara berpengaruh seperti Amerika dan memperbaiki hubungan Korsel-China. Ini terbukti lewat pidato yang dilakukannya dalam bahasa mandarin sewaktu berada di Tiongkok. Park Geun-hye juga berikthiar bahwa dalam masa jabatannya ia akan berusaha untuk membela hak-hak kaum yang tertindas. Ini berdasarkan teori Viktor Frankl adalah salah satu sumber makna hidup yang dapat membantu manusia menemukan makna hidupnya, yaitu nilai kreatifitas atau nilai daya cipta.
Dalam interview yang dilakukan dengan Park Geun-hye, ia menyatakan bahwa semangat hidupnya kembali semenjak ia pindah ke desa dan bertemu dengan banyak orang yang polos dan jujur, kasih mereka yang tan­pa pamrih telah membawakan ke­beranian kepadanya untuk hidup. Dia juga bersyukur, selama masa-masa paling sulit, karena membaca karya klasik dan filsafat Tiongkok, telah membawakan kekuatan da­mai kepadanya, dan dari keadaan itu telah menyadari cara untuk menanggulangi kesulitan. Dimana sebelumnya ia mengalami depresi berat akibat kontroversi yang ditimbulkan semasa jabatan ayahnya sebagai Presiden Korsel. Ia bahkan pernah dijadikan tahanan rumah dan dilarang untuk aktif dalam kegiatan politik manapun. Ia dan adik-adiknya terpaksa pindah ke sebuah desa untuk mengasingkan diri karena ayah dan ibunya tewas terbunuh. Namun ketabahannya akan peristiwa yang menimpanya ini membuatnya menemukan makna hidupnya dimana ia mengatakan bahwa Walaupun tidak bisa dihindari, akan tetapi dalam situasi apapun, tidak seharusnya kehilangan diri sendiri. Agar tidak kehilangan diri sendiri, dia sangat mementingkan prinsip dan menaruh perhatian atas kejujuran. Ini disebut Viktor Frankl sebagai sumber makna hidup dilihat dari sisi nilai pengalaman dan sikap. Apa yang ia berikan pada dunia, apa yang dunia berikan padanya, serta bagaimana ia menyikapinya membuat Park Geun-hye menemukan makna hidupnya yaitu ia harus bangkit dan meneruskan visi ayahnya bagi Korea Selatan.
Dalam menemukan ketiga sumber makna hidup ini, Park Geun-hye menyadari bahwa tidak ada orang yang dapat mengubah nasibnya selain dirinya sendiri. Ini merupakan contoh freedom of will yang dimiliki manusia, yaitu bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Hal ini didasari oleh adanya will of meaning dimana Park Geun-hye terdorong untuk tidak hanya hidup di desa saja, tapi harus bangkit dan meneruskan kejayaan ayahnya. Dan pada akhirnya dapat dikatakan bahwa Park Geun-hye adalah salah satu orang yang telah menemukan makna hidupnya dimana Ia ingin mengangkat Korsel menjadi negara yang lebih baik, membela Korsel dalam perperangan, serta menjadi batu karang yang tetap berdiri tegak ditengah derasnya ombak.



Daftar Pustaka
Wikipedia.com. 2012. Park Geun-hye. [Online] http://id.wikipedia.org/wiki/Park_Geun-hye
Viktor Frankl Institute. [Online] http://www.viktorfrankl.org/e/logotherapy.html
Nonagusti.blogspot.com. 2014. Makalah Teori Eksistensialisme Viktor Frankl: Psikologi Kepribadian II [Online] http://nonagusti.blogspot.com/2014/04/makalah-teori-eksistensialisme-viktor_6075.html


Rabu, 25 Juni 2014

Parenting (bentuk disiplin)



Nah, sebelumnya kan saya sudah menuliskan mengenai 3 model pola asuh orang tua. Setiap model pola asuh sih sebenarnya punya tujuan yang sama dari si orang tua sendiri yaitu untuk membuat anak menjadi pribadi yang baik. Namun sering kali tanpa disadari orang tua mendisiplinkan anak dengan cara yang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan anak.
Disiplin sendiri menurut buku psikologi perkembangan karangan papalia berarti metode dari pembentukan karakter dan pengajaran kontrol diri serta perilaku yang dapat diterima.
Ada beberapa teknik dalam mendisiplinkan anak :
·        Reinforcement dan punishment
§  Reinforcement
Reinforcement sendiri terbagi menjadi reinforcement positif dan negatif.
Ø Reinforcement positif adalah pemberian sesuatu untuk meningkatkan frekuensi dilakukannya hal tersebut di kemudian hari.
Ø Sedangkan reinforcement negatif adalah penarikan sesuatu dari si anak. Contoh reinforcement negatif misalnya seorang anak yang berjanji akan pergi ke mall bersama papa, namun paginya ia bolos sekolah. Papanya kemudian membatalkan pergi ke mall karena anak tersebut tidak patuh.
Reinforcement dapat berupa internal atau eksternal.
Reinforcement internal contohnya pujian, dan yang eksternal contohnya anak diberikan boneka.

 
§  Punishment
Rang tua sering kali salah dalam menggunakan teknik ini. Yang dimaksud adalah corporal punishment yaitu bentuk hukuman kepada anak dengan melibatkan fisik. Ini dilakukan hanya untuk membuat anak merasa sakit, bukan untuk menyakiti dan membuatnya luka-luka. Tujuannya tentu saja untuk mengontrol perilaku anak dan memperbaikinya. Corporal punishment tentunta berbeda dengan physical abuse.
Jika corporal punishment diberikan oleh orang tua dengan case tertentu, ini akan menjadi bentuk hukuman yang sangat efektif untuk menurunkan perilaku anak yang tidak diinginkan. Namun jika anak terlalu sering mendapat hukuman fisik dengan jenis hukuman yang terlalu menyakiti (harsh punishment), maka anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang menunjukkan perilaku agresif(padahal pada dasarnya hukuman fisik diberikan untuk menurunkan perilaku agresif yang dilakukan anak) atau sebaliknya menjadi pasif.
Sekali lagi saya ingin memberitahukan kepada orang tua, corporal punishment membuat anak menyadari kesalahannya, sedangkan physical abuse menyakiti dan membuat anak tertekan. Jangan lampiaskan kekesalan anda pada tubuh anak, itu akan sangat mengganggu perkembangannya.

·        Power assertion, induction, dan withdrawal of love
§  Power assertion
Bentuk hukuman dengan menggunakan fisik atau hukuman verbal. Biasanya orang tua akan langsung mengatakan suatu hal itu salah.
§  Teknik induktif
Teknik yang digunakan untuk menstimulasi perilaku yang diharapkan dengan cara melibatkan rasa keadilan dan emosi anak.
§  Withdrawal of love
Mendisiplinkan anak dengan cara seperti menghindari, men’cuek’i, atau menunjukkan rasa tidak suka terhadap perilaku anak.

Keefektifan dari strategi ini tergantung pada kondisi, umur anak, dan kualitas hubungan orang tua dan anak.  Orang tua menggunakan induktif untuk melatih anak melihat dari sisi orang lain. Sedangkan power assertion digunakan dalam kasus dengan kesalahan berat. Namun untuk anak usia kanak-kanak, teknik induktif dianggap paling efektif karena ini melibatkan emosi anak terhadap rasa empati kepada korban dari kesalahan anak tersebut. Hal ini membuat pemahaman moral anak menjadi baik. Tentang perilaku apa yang salah, dan yang menyakiti orang lain.



Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memberi hukuman kepada anak :
1. Timing
Jarak antara dilakukannya perilaku dengan pemberian hukuman sebaiknya tidak terlalu jauh agar anak mengerti dengan jelas perilaku apa yang salah dan harus diperbaiki.
2. Konsisten
Pemberian hukuman harus bersifat konsisten. Jika hari ini A mencuri dan ia dihukum, maka besok jika ia mencuri ia harus tetap dihukum agar tidak terjadi kebingungan antara perilaku yang benar dan salah.
3. Harus signifikan
Jenis kesalahan dan hukuman harus signifikan. Contohnya jika anak memukul temannya sampa luka-luka, maka model withdrawal of love rasanya kurang efektif.
4. Fokus pada kesalahan
Dalam pemberian hukuman, yang harus diserang adalah kesalahannya, bukan menyakiti pribadi anak.
 
Tetapi yang terpenting dari semua bentuk disiplin adalah anak mengerti pesan apa yang ingin disampaikan oleh orang tuanya. Secara kognitif dan emosi. Yang harus ditakuti orang tua adalah bahwa mereka memberi hukuman tanpa anak mengerti apa maksud dari pemberian hukuman tersebut.

Anak bagaikan pohon rambat. Jika pohon rambat dibiarkan tumbuh sekehendak hatinya, maka akan tumbuhlah ke segala arah, tanpa tujuan, tak sedap dipandang dan akan mengganggu manusia di sekitarnya. Tapi jika diarahkan bahkan dibentuk, maka akan tumbuhlah sesuai dengan apa yang kita arahkan, maka keindahan yang terpancar dari tanaman itu akan berguna dan memukau orang disekitarnya. Maka rangkailah anak kita dengan jiwa seni, kasih sayang dan kelembutan, maka tanaman rambat itu akan menjadi bukan sekedar tanaman rambat. -Unknown

 
Thankyou For reading. GBU

Senin, 23 Juni 2014

Model pola asuh orang tua (Parenting style)

Peran pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam tahap perkembangan anak. Seperti yang kita ketahui, kehidupan sosial yang pertama kali dihadapai anak adalah keluarga. Hubungannya dengan anggota keluarga khususnya pengasuhnya tentunya menjadi hal yang sangat penting.

Seorang tokoh psikologi pernah berkata "berikan aku seorang anak, dan aku akan membentuknya menjadi seperti yang kita inginkan". Meskipun kepribadian anak dipengaruhi oleh nature(bawaan), namun nuture(lingkungan) juga berpengaruh. Dalam hal ini, pola asuh dari pengasuh (biasanya kedua orang tua) khususnya dalam masa awal kehidupannya sangat mempengaruhi anak akan tumbuh menjadi seperti apa dan bagaimana anak akan memperlakukan orang lain nantinya.


Dalam psikologi perkembangan khususnya perkembangan psikososial kanak-kanak awal, model pola asuh orang tua menjadi salah satu isu yang dibahas. Seorang psiklolog klinis dan perkembangan mengemukakan 2 model pola asuh orang tua. Jikalau anda sudah menjadi orang tua, kira-kira model pola asuh yang anda terapkan yang mana? Dan jika kamu adalah seorang anak, maka pola asuh yang kamu dapat jenis yang mana ya? Let's check it out!
1. Authoritarian
Model pola asuh dimana orang tua memegang kontrol penuh  dan menuntut kepatuhan anak atas aturan atau nilai-nilai yang mereka tetapkan tanpa anak tersebut melakukan perbantahan atau banyak ulah. Jenis orang tua yang seperti ini biasanya adalah orang tua yang cenderung dingin.
Anak dengan model pengasuhan seperti ini akan cenderungtumbuh menjadi anak yang menarik diri, tidak puas, penuh kekecewaan, dan sulit mempercayai orang lain.

2. Permissive
Orang tua memberi kebebasan untuk melakukan self-expression dan self-regulation kepada anak. Mereka juga membiarkan anak untuk mengatur sendiri seluruh kegiatannya tanpa memberi tuntutan kepada anak(kalau ada sangat sedikit). Orang tua juga jarang menghukum anak ketika anak melakukan kesalahan. Dan cenderung dapat diajak bernegosiasi dalam semua hal.
Anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang egois, semua kenginannya harus terpenuhi, kurang memiliki kontrol diri, dan kekurangan arahan dalam hidup.

3. Authoritarian
Orang tua menghargai keberadaan anak sebagai suatu individu dan pemilik dari hidupnya sendiri, namun juga membatasi kebebasan anak. Mereka memiliki arah dalam membimbing anaknya. Mereka percaya akan kemampuan mereka membimbing anak, namun tetap menghargai setiap keputusan, keinginan, dan kepribadian anak.
Mereka member contoh yang baik kepada anak. Mereka penyayang, namun juga memberi hukuman kepada anak jika memang dibutuhkan namun tetap mendukung anak untuk menjadi lebih baik. Orang tua juga memberi penjelasan kepada anak atas apa yang mereka putusan dan lakukan. 
Anak dengan model orang tua seperti ini akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri, memiliki kontrol diri, tegas, dapat mengambil keputusan, bisa berekspressi, dll.

Namun, kemudian teori model pola asuh orang tua ini ditambahkan lagi oleh Eleanor Maccoby dan John Martin. Nama untuk parenting style yang mereka tambahkan adalah :
Neglectful atau uninvolved, yaitu orang tua yang hanya berfokus pada dirinya. Ini bisa disebabkan karena stress atau depresi akibat masalah yang mereka alami, sehingga mereka selalu berpusat pada kebutuhan mereka dibandingkan dengan anak. 

Memang benar setiap orang tua punya cara mendidik anaknya masing-masing, namun setuju atau tidak model pola asuh autoritatif adalah yang terbaik jika dibandingkan dengan yang lainnya. Model pola asuh ini membuat anak mengerti apa yang benar dan salah, namun tetap dapat mengambil keputusan pribadi. Anak merasa dicintai dan dihargai sebagai individu. Itulah sebabnya anak dengan model pola asuh ini cenderung lebih populer di kehidupan psikososialnya. Tak lain karena dia dapat memperlakukan dirinya dan orang lain dengan baik.

Ayo untuk semua orang tua, orang tua memang harus mengajarkan banyak hal kepada anak, tapi coba untuk menghargai anak sebagi individu yang berhak berpendapat, memilih, dan memutuskan. Jika menghukum, hukumlah anak karena kalan mencintai dan mengajarnya, bukan karena ingin menghajar atau menyakitinya. Percayalah, jika anak-anak anda mempercayai dan menghargai anda, tanpa harus diancam dengan hukuman atau aturan-aturan yang mengikatnya sekalipun, anak akan tetap menuruti anda.



Saya belum menjadi orang tua, bahkan perjalanan saya untuk itu masih panjang. Namun saya ingin berbagi apa yang saya pelajar agar kita bisa sama-sama tau dan belajar.

Saya tutup postingan saya kali ini dengan kutipan puisi dari seorang penulis dan konselor terkenal Amerika :

Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, ia belajar menyesali diri

                    Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
                    Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri
                    Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
                    Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar
menemukan cinta dalam kehidupan.



Sabtu, 21 Juni 2014

Dukungan psikologis untuk penderita AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency Syndrome atau biasa disingkat AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Nah, jadi orang yang terserang AIDS akan kehilangan kekebalan tubuhnya yang kemudian menyebabkan serangan penyakit-penyakit lain di bagian dan organ tubuhnya. Penyakit AIDS menular lewat darah.
Kita sering kali memberikan prejudice yang salah mengenai orang yang terkena penyakit AIDS. Kita  beranggapan bahwa orang yang terkena penyakit AIDS adalah orang-orang yang sering bergonta-ganti pasangan, sering melakukan hubungan seks diluar pernikahan. Hanya kita tidak menyadari bahwa penularan penyakit AIDS bukan semata-mata hanya karena hubungan seks (kelamin, oral, anus)  namun ada beberapa faktor lain diantaranya :
  1. Transfusi darah
  2. Penggunaan jarum bersama (akupuntur, jarum tattoo, harum tindik).
  3. Antara ibu dan bayi selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
Dan jangan salah, ada juga orang yang terkena penyakit AIDS bukan karena kesalahannya sendiri, tapi telah disengaja oleh orang lain. Seperti ada kasus dimana seorang penderita AIDS yang tidak dapat menerima kondisinya sengaja melukai dirinya sendiri dan orang lain, lalu menempelkan bekas luka tersebut pada bekas luka orang lain.

Namun tidak perlu kuatir berlebihan, karena hidup serumah dengan orang AIDS tidak memastikan bahwa anda juga akan tertular. Penularan AIDS hanya lewat darah. Dan virus HIV yang ada di darah tersebut juga tidak bisa bertahan terlalu lama di udara. Sehingga kita tidak perlu berlebihan sampai memisahkan perlengkapan kita dengan orang AIDS. Ini tidak mencegah, malah membuat penderita AIDS tertekan secara psikologis. Juga perlu ditekankan, penularan AIDS tidak terjadi lewat air liur. Jadi, berciuman dengan orang pengidap AIDS tidak membuat anda tertular. Kecuali jika terdapat luka di rongga mulut.

Perlakukan kita yang berbeda kepada mereka tentunya membuat mereka merasa dikucilkan dan didiskriminasi.Hal ini tentunya menekan psikologis mereka. Beberapa hal yang dapat kita lakukan antara lain adalah menjadi teman bicara bagi mereka yang terserang penyakit ini :
- Jangan jauhi apalagi menolak mereka.
- Jangan memberikan penilaian-penilaian primitif terhadap kondisi mereka
- Perlakukan mereka sama seperti kalian memperlakukan yang lainnya
- Ketahui bahwa mereka memiliki HAM sama seperti kita
- Yakinkan mereka bahwa mereka masih bisa berkarya
- Bantu mereka untuk lebih dekat dengan sang Pencipta

Jika dirangkum, ada 3 dimensi yang dibutuhkan oleh penderita AIDS :
Dimensi dukungan sosial meliputi 3 hal:

1. Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai, dicintai, dan diperhatikan

2. Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan nasehat

3. Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah. (Nursalam, 2007)

Lalu bagaimana cara mencegah penularan virus HIV ?
  1. Jangan melakukan hubungan seksual diluar nikah
  2. Jangan berganti-ganti pasangan seksual
  3. Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks)
  4. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.
  5. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai
  6. Jauhi narkoba.

Mengapa saya tidak memasukkan kondom sebagai salah satu pencegahan? Karena berdasarkan survei, tingkat kebocoran kondom adalah 30% dimana ini merupakan angka yang cukup besar. Oleh karena itu saya rasa ini tidak cukup baik untuk mencegah penyebaran AIDS.
 
Nah, tentunya kita tidak mau terserang AIDS kan? Memang hidup dan mati seseorang ditangan Tuhan, tapi jangan memperpendek umur dengan melakukan hal-hal konyol yang membahayakan diri sendiri. Buat kalian yang punya keluarga atau orang terdekat yang terserang penyakit ini, ingat jangan diskriminasi mereka. Perlakuan kalian cukup menentukan semangat hidup mereka :)
Dan khususnya untuk kalian yang sudah terkena penyakit ini percayalah life must goes on!! kalian harus bangkit dan terus berkarya. Doa dan dukungan kami menyertai.

Thankyou for reading. GBU

Selasa, 17 Juni 2014

Menjadi pemilih yang cerdas

Haloo, ga terasa uda tinggal hitungan minggu lagi kita akan segera melakukan pemilu alias pemilihan umum. Nah kalo kamu ga mau ngomel-ngomel nantinya karena pemimpin yang terpilih ternyata tdk sesuai dengan harapan mu, ini saatnya kamu utk menggunakan hal pilihmu dengan baik (khususnya buat yg uda ada KTP ya.. hehe). Ya kalau kamunya mau golput, nanti siapapun yang terpilih siap-siap deh ya utk kunci mulut rapat-rapat dan kuncinya dikubur.

So, gimana ya supaya nanti kamu ga asal coblos? Ada tips nih buat kamu yang emang benar-benar mau menggunakan hak suara mu dengan baik. Let's check it!
1. Ketahui visi-misi capres dan cawapres mu.
ini nih web yang berisikan visi-misi Jokowi-JK  http://jkw4p.com/visi-misi/ dan untuk pasangan Prabowo-Hatta http://selamatkanindonesia.com/
Ingat pilih presiden dan wakil presiden yang visnya untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan pribadi atau golongan tertentu (hmmm pemerintah mungkin?)

2. Kenali capres dan cawapres secara lebih dalam.
Sangat disarankan utk tdk hanya melihat dari 1 sisi. Misalkan saya pendukung Jokowi, saya hanya melihat/ membawa berita tentang Jokowi. Lihatlah dari kedua kubu.
Cari tau lebih dalam tentang bagaimana capres dan cawapres yang nantinya akan dipilih. Dimulai dari kepribadiannya, pengalaman hidupnya, dan catatan prestasi serta pelanggaran mereka. Contohnya aja nih ya calon yang katanya mengharamkan korupsi tapi dianya pernah terlibat kasus korupsi. Atau yang katanya menunjung tnggi HAM tapi pernah melanggar pelanggaran HAM. Loh kan gak lucu ya??

 3. Ikuti perkembangan lewat debat capres dan cawapres.
Sangat disarankan untuk tidak menelan mentah-mentah informasi dari media. Sadar atau tidak, media sangat mempengaruhi opini publik. Namun sayangnya sekarang media (cetak/ elektronik) sedang berat sebelah. Semua tergantung kepentingan masing-masing. Stasiun TV A akan cenderung memberikan info positif mengenai capres A jika ia(pemilik stasiun TV tersebut mungkin) mendukung capres A. Begitu juga sebaliknya. So, jauh lebih baik jika kita menyaksikan sendiri lewat debat capres dan cawapres. Dari cara menjawab dan melontarkan pertanyaan, saya rasa kita sudah cukup bisa menilai pemimpin yang mana yang lebih kita inginkan dan butuhkan.

4. Apa yang kamu cari? leader atau bos?
Didalam salah satu mata kuliah psikologi dipelajari ada 1 perbedaan sederhana antara leader dan bos. Leader adalah orang yang berkata 'LET'S GO!' yang berarti kita jalan bersama sedangkan bos akan berkata 'GO!' yang artinya ini tugas, silahkan kamu lakukan.
So, what are you searching for? leader or boss?

5. Jangan hanya mencari pemimpin yang ideal, tapi jadilah pemilh yang ideal.
Kalau kamu menginginkan pemimpin yang jujur, maka jadilah pemilih yang jujur. Kalau seorang pemimpin menyogokmu dan melakukan politik uang atau bahkan menyarankanmu untuk menerima politik uang, maka nyatalah bahwa ia tidak layak dijadikan pemimpin. Kalau dalam hal pemilu aja tidak jujur, maka bohong kalau dia mengatakan akan memimpin negara dengan jujur. Nah, kalau kamu mau pemimpin yang cerdas, jadilah pemilih yang cerdas. Alias tidak ikut arus. Jangan karena dari 10 orang yang kamu kenal, 8 diantaranya memilih capres A maka kamu ikut-ikutan memilih capres A. You should have your own choice. The choice that comes from your deepest heart. Cieileeee

Pemimpin yang ideal itu seperti apa?
Dipelajaran Psikologi Industri dan Organisasi ada di bahas tentang ciri-ciri pemimpin yang ideal itu. Emang bukan secara spesifik ke masalah capres, tapi boleh lah untuk dibagi.
- jujur
- kompeten
- melihat kedepan
- menginspirasi

Nah, tapi saya rasa ada beberapa kriteria tambahan untuk pemimpin yang saya cari :
- bekerja
bukan hanya pemimpin yang mengumbar-umbar janji. Saya mencari pemimpin yang melakukan apa yang dia janjikan. (capek di PHPin terus)
- berintegritas
- visi misinya utk meningkatkan kesejahteraan rakyat
- tegas
bagi saya sendiri, tegas bukan soal nada bicara yang tinggi atau gaya bicara yang meyakinkan. Tegas lebih merunjuk kepada keberanian mengambil keputusan.
- menghargai (waktu, orang lain)
contoh kecilnya dapat dilihat sewaktu debat capres dan cawapres
- tidak memandang rendah atau membedakan suku, golongan, dan agama tertentu.
Bukankah Indonesia terdiri dari 5 agama, banyak suku dan budaya? Bukankah apapun suku dan agamanya, mereka adalah bagian dari Indonesia yang kesejahteraannya juga harus diperhatikan?
- tidak munafik











Nah, itu deh semua tips menjadi pemilih yang cerdas menurut saya. Semoga bisa membantu buat kalian yang sedang mempersiapkan diri menjadi pemilih yang cerdas.

Postingan kali ini akan saya tutup dengan sebuah quote sederhana dari Jerry McClain of Seattle, WA
 The best example of leadership, is leadership by example.


 Terimakasih sudah membaca. GBU

Jumat, 06 Juni 2014

Andragogi dan Pedagogi



Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai perbedaan andragogi dan pedagogi, saya akan sedikit memaparkan pengertian dari keduanya. Andragogi sendiri adalah seni atau gaya pembelajaran yang ditujukan pada orang dewasa. Sedangkan pedagogi adalah kebalikannya yaitu seni aau gaya pengajaran yang ditujuan pada anak.

Berikut adalah beberapa perbedaan andragogi dan pedagogi beserta pengalaman pribadi saya sebagai contohnya :
1.       Peran pelajar dan pengajar.  Tak perlu jauh, dari panggilannya saja sudah jelas berbeda. Pada pedagogi, pelajar di sebut sebagai ‘anak didik’, sedangkan pada andragogi ‘peserta didik’. Selain pada sebutannya, peran pelajar juga berbeda dalam pedagogi dan andragogi. Pada pedagogi pembelajaran lebih berpusat kepada guru. Pelajar memiliki peran pasif, yaitu hanya menerima apa yang disodorkan oleh guru. Mungkin contohnya akan lebih terasa pada anak-anak di jenjang pendidikan TK. Namun karena saya tidak pernah berada di jenjang TK, maka pedagogi ini paling saya rasakan di bangku SD. Sewaktu SD, pembelajaran hanya berpusat pada guru. Dikelas jarang sekali ada proses tanya jawab. Saya hanya duduk, mendengarkan, dan melakukan apa yang di perintahkan oleh guru. Saya ingat, dulu kami belajar tentang cara mengeja dan menulis ejaannya. Saya hanya mendengar apa yang guru saya sampaikan, lalu saat diberi tugas saya mengerjakan seperti instruksi walaupun tidak mengerti mengapa saya harus melakukan itu. Intinya dulu bagi saya ke sekolah adalah mendengarkan dan melakukan apa yang disampaikan oleh bapak/ ibu guru. Setiap hari saya datang ke sekolah tanpa tau apa yang akan kami pelajar hari itu. Guru bidang studi lah yang nanti akan menjelaskan apa yang akan kami pelajari. Ini jelas berbeda dengan masa sekarang dimana saya duduk di bangku kuliah dan berada dalam proses pembelajaran andragogi. Dimana peran utama bukan lagi terletak pada pengajar (guru/ dosen), tapi pada pelajar (peserta didik). Di kuliah pun, mahasiswa lebih banyak berperan aktif. Kalau dulu pembelajaran paling dominan adalah saat guru menerangkan, kini pembelajaran paling banyak pada saat saya bertanya dan mencari tau sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator. Peran saya menjadi aktif, bukan lagi pasif. Masa SMA bagi saya adalah masa transisi dari pedagogi menjadi andragogi.
2.       Iklim belajar. Pembelajaran pedagogi lebih menekankan pada pertolongan dari orang lain (biasanya guru). Sedangkan pada andragogi lebih bersifat kompetitif. Contohnya saat SD, jika ada hal yang tidak begitu saya pahami, maka saya akan berharap penuh pada guru untuk menerangkan kepada saya. Hal lainnya adalah pada saat SD sangat sedikit adanya perasaan berkompetisi dalam diri saya. Intinya saya mengerjakan apa yang diperintahkan. Namun di bangku kuliah perasaan untuk berkompetisi itu menjadi kuat. Siapa yang paling menguasai, dialah juaranya. Namun bukan berarti tidak adanya rasa untuk saling tolong enolong. Namun cenderung pada andragogi mulai timbul perasaan kompetitif.
3.       Perumusan tujuan. Perumusan tujuan pada pedagogi dilakukan oleh guru. Sementara pada andragogi oleh pelajar atau peserta didik sendiri. Jika dulu pada masa SD dan SMP (juga masih sedikit terasa di SMA), setiap awal tahun guru akan menyampaikan apa tujuan pembelajaran selama 1 semester, dan kita dituntut untuk patuh. Makan pada masa kuliah, perencanaan tujuan ini lebih bersifat negosiasi antara dosen dan peserta didik. Terbukti dengan selalu di tanyakannya ‘ada yang kurang setuju? Ada masukan?’. Siswa pada masa pedagogi dianggap masih perlu dituntun untuk apa yang akan dicapainya, sedangkan pada andragogi peserta didik dianggap sudah cukup dewasa untuk berkompromi.
4.       Motivasi. Pada pedagogi motivasi bersifat eksternal, atau berasal dari luar. Sedangkan pada andragogi bersifat internal. Dulu pada masa SD, saya akan sangat semangat belajar jika mama menjanjikan akan membawa saya jalan-jalan ke Medan jika nilai ujian saya bagus. Atau papa yang berjanji membelikan barang-barang yang saya inginkan. Namun sekarang tujuan saya untuk giat dalam perkuliahan karena saya ingin menguasai setiap materi dan tidak ingin melewati masa-masa perkuliahan serta setiap kesempatan dengan sia-sia. Kini saya tidak lagi membutuhkan reward dari orang lain.
5.       Pengalaman. Pada pedagogi siswa hanya memiliki sedikit pengalaman. Karena segala sesuatu berasal dari guru. Sedangkan pada andragogi pengalaman akan lebih banyak. Contohnya saja dalam pembuatan makalah. Pada masa SMP, jika mendapat tugas makalah maka guru akan memberitahu halaman berapa sampai halaman berapa yang akan menjadi bahan pembahasan. Sedangkan di bangku perkuliahan, dosen hanya memberikan judul besar atau bahkan hanya nama ahli. Selebihnya menjadi tugas mahasiswa untuk mengumpulkan data dan mencari tahu. Pengalaman menjadi lebih luas. Saya sendiri mulai memaksa diri saya untuk mencari tahu lebih banyak dan memperluas pengalaman saya sendiri.
6.       Pengambilan keputusan. Pada pedagogi keputusan diambil oleh guru. Pada andragogi diputuskan bersama. Contohnya dulu sewaktu saya SMP, saya dipilih menjadi ketua kelas langsung oleh wali kelas saya. Walaupun ada beberapa teman yang lebih mencalonkan siswa yang lain, tapi keputusan dipegang oleh wali kelas. Namun pada bangku kuliah dosen tidak sibuk-sibuk lagi memikirkan tentang siapa yang akan menad komting ataupun wakil komting, semua diserahkan kepada mahasiswa untuk dirundingkan bersama.
7.       Pelaksanaan evaluasi. Pada masa SD, yang selalu melakukan evaluasi terhadap prestasi saya adalah guru. Biasanya diakhir semester, wali kelas akan memberitahukan kepada orang tua saya tentang bagaimana prestasi saya dalam satu semester ini. Apakah prestasi saya menurun atau meningkat, semakin malas atau rajin, dan mengenai motivasi belajar. Lalu orang tua saya akan mulai memberi ‘wejangan-wejangan’ setelah selesai pembagian rapor bulanan atau semester. Sementara dimasa kuliah yang adalah andragogi, evaluasi itu tidak diberikan lagi oleh pengajar (dosen), namun harus dilakukan oleh saya sendiri. Biasanya tiap 1 minggu sekali saya akan melakukan evaluasi terhadap diri saya khususnya dalam bidang pendidikan. Apakah motivasi belajar saya menurun atau meningkat. Apakah saya semakin malas atau rajin. Juga kontrol orang tua menjadi sangat sedikit. Segalanya berpusat pada diri saya sendiri.

sekian penjelasan singkat dari saya. Semoga bermanfaat. GBU :)