Sebelum kita berbicara lebih lanjut mengenai perbedaan
andragogi dan pedagogi, saya akan sedikit memaparkan pengertian dari keduanya. Andragogi
sendiri adalah seni atau gaya pembelajaran yang ditujukan pada orang dewasa.
Sedangkan pedagogi adalah kebalikannya yaitu seni aau gaya pengajaran yang
ditujuan pada anak.
Berikut adalah beberapa perbedaan
andragogi dan pedagogi beserta pengalaman pribadi saya sebagai contohnya :
1. Peran pelajar dan pengajar. Tak perlu jauh, dari panggilannya saja sudah
jelas berbeda. Pada pedagogi, pelajar di sebut sebagai ‘anak didik’, sedangkan
pada andragogi ‘peserta didik’. Selain pada sebutannya, peran pelajar juga
berbeda dalam pedagogi dan andragogi. Pada pedagogi pembelajaran lebih berpusat
kepada guru. Pelajar memiliki peran pasif, yaitu hanya menerima apa yang disodorkan
oleh guru. Mungkin contohnya akan lebih terasa pada anak-anak di jenjang
pendidikan TK. Namun karena saya tidak pernah berada di jenjang TK, maka
pedagogi ini paling saya rasakan di bangku SD. Sewaktu SD, pembelajaran hanya
berpusat pada guru. Dikelas jarang sekali ada proses tanya jawab. Saya hanya
duduk, mendengarkan, dan melakukan apa yang di perintahkan oleh guru. Saya
ingat, dulu kami belajar tentang cara mengeja dan menulis ejaannya. Saya hanya
mendengar apa yang guru saya sampaikan, lalu saat diberi tugas saya mengerjakan
seperti instruksi walaupun tidak mengerti mengapa saya harus melakukan itu.
Intinya dulu bagi saya ke sekolah adalah mendengarkan dan melakukan apa yang
disampaikan oleh bapak/ ibu guru. Setiap hari saya datang ke sekolah tanpa tau
apa yang akan kami pelajar hari itu. Guru bidang studi lah yang nanti akan
menjelaskan apa yang akan kami pelajari. Ini jelas berbeda dengan masa sekarang
dimana saya duduk di bangku kuliah dan berada dalam proses pembelajaran
andragogi. Dimana peran utama bukan lagi terletak pada pengajar (guru/ dosen),
tapi pada pelajar (peserta didik). Di kuliah pun, mahasiswa lebih banyak
berperan aktif. Kalau dulu pembelajaran paling dominan adalah saat guru
menerangkan, kini pembelajaran paling banyak pada saat saya bertanya dan
mencari tau sendiri. Guru hanya sebagai fasilitator. Peran saya menjadi aktif,
bukan lagi pasif. Masa SMA bagi saya adalah masa transisi dari pedagogi menjadi
andragogi.
2. Iklim belajar. Pembelajaran pedagogi
lebih menekankan pada pertolongan dari orang lain (biasanya guru). Sedangkan
pada andragogi lebih bersifat kompetitif. Contohnya saat SD, jika ada hal yang
tidak begitu saya pahami, maka saya akan berharap penuh pada guru untuk
menerangkan kepada saya. Hal lainnya adalah pada saat SD sangat sedikit adanya
perasaan berkompetisi dalam diri saya. Intinya saya mengerjakan apa yang
diperintahkan. Namun di bangku kuliah perasaan untuk berkompetisi itu menjadi
kuat. Siapa yang paling menguasai, dialah juaranya. Namun bukan berarti tidak
adanya rasa untuk saling tolong enolong. Namun cenderung pada andragogi mulai
timbul perasaan kompetitif.
3. Perumusan tujuan. Perumusan tujuan pada
pedagogi dilakukan oleh guru. Sementara pada andragogi oleh pelajar atau
peserta didik sendiri. Jika dulu pada masa SD dan SMP (juga masih sedikit
terasa di SMA), setiap awal tahun guru akan menyampaikan apa tujuan
pembelajaran selama 1 semester, dan kita dituntut untuk patuh. Makan pada masa
kuliah, perencanaan tujuan ini lebih bersifat negosiasi antara dosen dan
peserta didik. Terbukti dengan selalu di tanyakannya ‘ada yang kurang setuju? Ada
masukan?’. Siswa pada masa pedagogi dianggap masih perlu dituntun untuk apa
yang akan dicapainya, sedangkan pada andragogi peserta didik dianggap sudah
cukup dewasa untuk berkompromi.
4. Motivasi. Pada pedagogi motivasi
bersifat eksternal, atau berasal dari luar. Sedangkan pada andragogi bersifat
internal. Dulu pada masa SD, saya akan sangat semangat belajar jika mama
menjanjikan akan membawa saya jalan-jalan ke Medan jika nilai ujian saya bagus.
Atau papa yang berjanji membelikan barang-barang yang saya inginkan. Namun
sekarang tujuan saya untuk giat dalam perkuliahan karena saya ingin menguasai
setiap materi dan tidak ingin melewati masa-masa perkuliahan serta setiap
kesempatan dengan sia-sia. Kini saya tidak lagi membutuhkan reward dari orang lain.
5. Pengalaman. Pada pedagogi siswa hanya
memiliki sedikit pengalaman. Karena segala sesuatu berasal dari guru. Sedangkan
pada andragogi pengalaman akan lebih banyak. Contohnya saja dalam pembuatan makalah.
Pada masa SMP, jika mendapat tugas makalah maka guru akan memberitahu halaman
berapa sampai halaman berapa yang akan menjadi bahan pembahasan. Sedangkan di
bangku perkuliahan, dosen hanya memberikan judul besar atau bahkan hanya nama
ahli. Selebihnya menjadi tugas mahasiswa untuk mengumpulkan data dan mencari
tahu. Pengalaman menjadi lebih luas. Saya sendiri mulai memaksa diri saya untuk
mencari tahu lebih banyak dan memperluas pengalaman saya sendiri.
6. Pengambilan keputusan. Pada pedagogi
keputusan diambil oleh guru. Pada andragogi diputuskan bersama. Contohnya dulu
sewaktu saya SMP, saya dipilih menjadi ketua kelas langsung oleh wali kelas
saya. Walaupun ada beberapa teman yang lebih mencalonkan siswa yang lain, tapi
keputusan dipegang oleh wali kelas. Namun pada bangku kuliah dosen tidak
sibuk-sibuk lagi memikirkan tentang siapa yang akan menad komting ataupun wakil
komting, semua diserahkan kepada mahasiswa untuk dirundingkan bersama.
7. Pelaksanaan evaluasi. Pada masa SD,
yang selalu melakukan evaluasi terhadap prestasi saya adalah guru. Biasanya
diakhir semester, wali kelas akan memberitahukan kepada orang tua saya tentang
bagaimana prestasi saya dalam satu semester ini. Apakah prestasi saya menurun
atau meningkat, semakin malas atau rajin, dan mengenai motivasi belajar. Lalu
orang tua saya akan mulai memberi ‘wejangan-wejangan’ setelah selesai pembagian
rapor bulanan atau semester. Sementara dimasa kuliah yang adalah andragogi,
evaluasi itu tidak diberikan lagi oleh pengajar (dosen), namun harus dilakukan
oleh saya sendiri. Biasanya tiap 1 minggu sekali saya akan melakukan evaluasi
terhadap diri saya khususnya dalam bidang pendidikan. Apakah motivasi belajar
saya menurun atau meningkat. Apakah saya semakin malas atau rajin. Juga kontrol
orang tua menjadi sangat sedikit. Segalanya berpusat pada diri saya sendiri.
sekian penjelasan singkat dari saya. Semoga bermanfaat. GBU :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar