Nah, sebelumnya kan
saya sudah menuliskan mengenai 3 model pola asuh orang tua. Setiap model pola
asuh sih sebenarnya punya tujuan yang sama dari si orang tua sendiri yaitu
untuk membuat anak menjadi pribadi yang baik. Namun sering kali tanpa disadari
orang tua mendisiplinkan anak dengan cara yang tidak sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan anak.
Disiplin sendiri
menurut buku psikologi perkembangan karangan papalia berarti metode dari
pembentukan karakter dan pengajaran kontrol diri serta perilaku yang dapat
diterima.
Ada beberapa teknik
dalam mendisiplinkan anak :
·
Reinforcement
dan punishment
§ Reinforcement
Reinforcement sendiri terbagi menjadi
reinforcement positif dan negatif.
Ø Reinforcement
positif adalah pemberian sesuatu untuk meningkatkan frekuensi dilakukannya hal
tersebut di kemudian hari.
Ø Sedangkan
reinforcement negatif adalah penarikan sesuatu dari si anak. Contoh
reinforcement negatif misalnya seorang anak yang berjanji akan pergi ke mall
bersama papa, namun paginya ia bolos sekolah. Papanya kemudian membatalkan
pergi ke mall karena anak tersebut tidak patuh.
Reinforcement dapat berupa internal atau
eksternal.
Reinforcement internal contohnya pujian,
dan yang eksternal contohnya anak diberikan boneka.
§ Punishment
Rang tua sering kali salah dalam
menggunakan teknik ini. Yang dimaksud adalah corporal punishment yaitu bentuk
hukuman kepada anak dengan melibatkan fisik. Ini dilakukan hanya untuk membuat
anak merasa sakit, bukan untuk menyakiti dan membuatnya luka-luka. Tujuannya
tentu saja untuk mengontrol perilaku anak dan memperbaikinya. Corporal punishment tentunta berbeda dengan
physical abuse.
Jika corporal punishment diberikan oleh
orang tua dengan case tertentu, ini akan menjadi bentuk hukuman yang sangat
efektif untuk menurunkan perilaku anak yang tidak diinginkan. Namun jika anak
terlalu sering mendapat hukuman fisik dengan jenis hukuman yang terlalu
menyakiti (harsh punishment), maka anak cenderung akan tumbuh menjadi anak yang
menunjukkan perilaku agresif(padahal pada dasarnya hukuman fisik diberikan untuk
menurunkan perilaku agresif yang dilakukan anak) atau sebaliknya menjadi pasif.
Sekali lagi saya ingin memberitahukan
kepada orang tua, corporal punishment membuat anak menyadari kesalahannya,
sedangkan physical abuse menyakiti dan membuat anak tertekan. Jangan lampiaskan
kekesalan anda pada tubuh anak, itu akan sangat mengganggu perkembangannya.
·
Power assertion, induction, dan
withdrawal of love
§ Power
assertion
Bentuk hukuman dengan menggunakan fisik
atau hukuman verbal. Biasanya orang tua akan langsung mengatakan suatu hal itu
salah.
§ Teknik
induktif
Teknik yang digunakan untuk menstimulasi
perilaku yang diharapkan dengan cara melibatkan rasa keadilan dan emosi anak.
§ Withdrawal
of love
Mendisiplinkan anak dengan cara seperti menghindari,
men’cuek’i, atau menunjukkan rasa tidak suka terhadap perilaku anak.
Keefektifan dari
strategi ini tergantung pada kondisi, umur anak, dan kualitas hubungan orang
tua dan anak. Orang tua menggunakan
induktif untuk melatih anak melihat dari sisi orang lain. Sedangkan power
assertion digunakan dalam kasus dengan kesalahan berat. Namun untuk anak usia
kanak-kanak, teknik induktif dianggap paling efektif karena ini melibatkan
emosi anak terhadap rasa empati kepada korban dari kesalahan anak tersebut. Hal
ini membuat pemahaman moral anak menjadi baik. Tentang perilaku apa yang salah,
dan yang menyakiti orang lain.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam memberi hukuman kepada anak :
1. Timing
Jarak antara dilakukannya perilaku dengan pemberian hukuman sebaiknya tidak terlalu jauh agar anak mengerti dengan jelas perilaku apa yang salah dan harus diperbaiki.
2. Konsisten
Pemberian hukuman harus bersifat konsisten. Jika hari ini A mencuri dan ia dihukum, maka besok jika ia mencuri ia harus tetap dihukum agar tidak terjadi kebingungan antara perilaku yang benar dan salah.
3. Harus signifikan
Jenis kesalahan dan hukuman harus signifikan. Contohnya jika anak memukul temannya sampa luka-luka, maka model withdrawal of love rasanya kurang efektif.
4. Fokus pada kesalahan
Dalam pemberian hukuman, yang harus diserang adalah kesalahannya, bukan menyakiti pribadi anak.
Tetapi yang terpenting
dari semua bentuk disiplin adalah anak mengerti pesan apa yang ingin disampaikan
oleh orang tuanya. Secara kognitif dan emosi. Yang harus ditakuti orang tua
adalah bahwa mereka memberi hukuman tanpa anak mengerti apa maksud dari
pemberian hukuman tersebut.
Anak bagaikan pohon rambat.
Jika pohon rambat dibiarkan tumbuh sekehendak hatinya, maka akan
tumbuhlah ke segala arah, tanpa tujuan, tak sedap dipandang dan akan
mengganggu manusia di sekitarnya. Tapi jika diarahkan bahkan dibentuk,
maka akan tumbuhlah sesuai dengan apa yang kita arahkan, maka keindahan
yang terpancar dari tanaman itu akan berguna dan memukau orang
disekitarnya. Maka rangkailah anak kita dengan jiwa seni, kasih sayang
dan kelembutan, maka tanaman rambat itu akan menjadi bukan sekedar
tanaman rambat. -Unknown
Thankyou For reading. GBU